Sedikit cerita mengenai perjalanan kelompok kecil menjelajahi pedalaman
di pulau timur Indonesia untuk melaksanakan program kreativitas Mahasiswa
bidang Pengabdian Masyarakat. Papua,
dikenal sebagai pulau yang kaya akan pesona dan hasil alam yang melimpah,
menjadi sasaran objek perjalanan kami. Kelompok kami terdiri dari 3 orang
mahasiswa, yang berawal dari ide pengabdian ke daerah pedalaman pada kegiatan program kreativitas mahasiswa. Namun
karena keterbatasan dana yang tersedia maka yang berangkat hanya berdua saja
sedangkan salah seorang lagi tetap tinggal di pulau jawa untuk sarana
komunikasi kami dengan pihak kampus. Tujuan berkunjung kesana adalah sebagai
bemtuk pengabdian kami kepada masyarakat yang dirasa cukup tertinggal akan
teknologi dan komunikasi.
28 Januari 2012, Hari pertama
tiba di pelosok Indonesia Timur tepatnya di kota sorong papua disambut dengan
panas terik matahari yang menyengat kulit, perjalanan selama 4 hari
terombang-ambing di lautan memberikan sedikit cerita menarik dalam pengalaman
kami. KM. Gunung Dempo adalah kapal milik PT pelni yang memfasilitasi
perjalanan kami dari Surabaya menuju papua. Sedikit menceritakan awal pertama kami naik kapal tersebut, kami
tidak mendapatkan tempat tidur yang disediakan untuk penumpang kelas ekonomi
dikarenakan penumpang yang sangat banyak, hal ini mengharuskan kami untuk
terpaksa tidur dilantai kapal bersama dengan penumpang lain yang juga tidak
mendapat tempat tidur. Selama 19 jam perjalanan berlalu Keesokan harinya
setelah kapal transit di kota Makassar, barulah kami berpindah tempat ke sebuah
tempat tidur sederhana yang disediakan kapal untuk kelas ekonomi. Dari situ
kami mulai berbaur dengan penumpang lain, mulai dari berbincang-bincang
persoalan umum sampai kepada berbagi makanan bekal perjalanan. Cuaca yang baik
mendukung kelancaran perjalanan kami, ombak yang biasanya membuat penumpang
mabuk laut tidak kami rasakan selama perjalanan. Persinggahan kapal setelah
pelabuhan Makassar adalah kota ambon, panas terik daerah timur papua begitu
terasa dan berbeda dengan suhu yang ada dipulau jawa, mungkin inilah mengapa orang-orang
yang berasal dari daerah timur Indonesia memiliki warna kulit yang gelap.
Kapal transit dikota ambon selama 5 jam, sedikit kejenuhan didalam kapal yang
terasa selama perjalanan ingin kami hapus dengan menikmati udara luar di ambon.
Oleh karena Kami tidak menyia-nyaiakan waktu ketika itu, kami menyempatkan diri
untuk turun dari kapal, keluar pelabuhan dan melihat-lihat perkembangan kota
ambon. Tentunya kami menitipkan barang bawaan kami kepada orang-orang yang
sudah kami kenal selama perjalanan, dan itulah asiknya berlayar bersama-sama
orang yang semula tidak kita kenal,dan mendapatkan kenalan baru yang memberikan
cerita baru pula. Hal ini jauh berbeda kita rasakan apabila berada di tempat
kos/kontrakan ketika menimba ilmu di sebuah perguruan tinggi. di lingkungan
kampus, terasa ada kesenjangan antara mahasiswa dan warga sekitar, entah apa
penyebabnya hal ini jangan dibiasakan terjadi pada diri kita, karena suatu saat
kita pasti akan membutuhkan bantuan orang lain jika hidup di lingkungan orang
lain. Oleh karena itu ini menjadi pelajaran baru bagi kami untuk sebisa-bisanya
kita berinteraksi dengan orang lain terutama kepada orang-orang yang hidup
dekat dengan kita. Sekitar 2 jam kami berada dikota ambon, kami bergegas
kembali ke kapal untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan sorong
papua barat.
Kota sorong menjadi tempat persinggahan pertama kami untuk pergi ke
pedalaman dimana perjalanan tersebut memerlukan
waktu yang cukup lama. Perjalanan dari kota menuju tempat tersebut menghabiskan
waktu ±5-6
jam, tergantung kondisi jalan yang dilewati. Oleh karena itu untuk hari pertama
kami kami menginap dirumahsederhana milik salah seorang teman dari kelompok
kami yang berada dikota sorong, Hari pertama, kami habiskan untuk istirahat dan
komunikasi singkat mengenai kegiatan yang akan kita laksanakan, sembari
melihat-lihat kondisi kota sorong yang nantinya akan dibandingkan dengan
kondisi di pedalaman.
Hari kedua, merupakan perjalanan kami ke pedalaman yang dituju. Kampung
klamit, distrik sawiat kabupaten sorong selatan adalah sasaran kami melakukan
aktivitas selama beberapa hari, tepatnya di Sekolah dasar Inpres 153 klamit,
deskripsi singkat mengenai tempat tujuan kami, kampong klamit agak terletak di
perbatasan kabupaten sorong dan sorong selatan, tidak terjangkau sinyal
komunikasi, serta tidak ada aliran listrik dari PLN. Hal ini tentunya menjadi
hal yang sangat menjenuhkan jika terjadi didaerah perkotaan, namun realita yang
terjadi disana adalah demikian.
Pada perjalanan kami terdapat beberapa peristiwa yang menarik, dimana
semuanya dapat terlihat jelas ketika berada belakang mobil di tempat
penyimpanan barang, perjalanan kami kesana hanya menumpang kepada orang yang
tujuannya sama dengan kami, jadi wajar saja kalau ditempatkan di penempatan
barang. Dari belakang mobil tersebut, terlihat dengan jelas eksotis hutan alam
yang masih tersedia di papua, selama perjalanan kami menuju kampung klamit,
disekeliling kami masih hutan belantara yang jarang tersentuh oleh
tangan-tangan manusia. Akses jalan yang masih berupa campuran bebatuan dan
pasir memberikan kami sering bermandi dengan debu, ditambah dengan jalannya
yang sempit, tanjakan dan turunan yang berkelok-kelok plus mobil melaju dengan
kecepatan yang tinggi, membuat perjalanan serasa menaiki roller coaster dan dapat membuat mabuk darat bagi yang
menumpanginya. Untungnya kami ditemani salah seorang yang memiliki tumpungan
buah-buahan berupa salak dan rambutan. Sehingga dalam perjalanan kami dapat
menikmati keindahan alam sambil melahap buah-buahan. Ditengah perjalanan, kami
sempat melihat seekor biawak (soa-soa*dalam bahasa sorong) yang ingin
menyeberangi jalan, namun karena mobil melaju dnegan cepat, keinginan kami
untuk mengambil gambar biawak tersebut terlewatkan. Beberapa lama kemudian, ada
sebuah kecelakaan truk yang melintang ditengah jalan akibat kondisi jalan yang
sempit. Akibatnya terjadi kemacetan kecil yang mengakibatkan antrian mobil.
Kejadian itu tidak menghalangi perjalanan kami, mobil yang kami tumpangi
menyalip mobil yang berhenti dan Sopir mobil kami dengan nekat mengambil jalan
dipinggiran yang masih berupa rerumputan dan lumpur, sehingga menyebabkan mobil
kami sebikit miring namun berhasil melewati truk tersebut. Hasilnya, jejak yang
dibuat sopir kami diikuti oleh pengendara lain yang terlihat buru-buru untuk
sampai ke tempat tujuan.
Dokumentasi Perjalanan
Amar Muhammad |
Nur Sita Hamzati |
5 komentar:
Program PKM-M bagus mas..
terimakasih, diikuti saja perkembangan blog ini, masih banyak kegiatan yg sdh dilakukan namun belum dibuat ceritanya
sangat inspiratif
wew, sampai ke papua ya..
adakah part kedua ? hehe
sukses :D
dmada, kemungkinan Juni dan tahun depan...
ada yang mau ikut mengabdi disana untuk pendidikan..??
Posting Komentar