PKM-M

Sabtu, 12 Mei 2012

Rupo-Sepua sebagai Perpustakaan Alam Anak Papua

Iya, jika diamati secara sekilas daerah Papua maka akan kita lihat bahwa daerah ini masih hijau dan alami. Daerah yang sangat jauh dari pusat pemerintahan dan masalah transportasi dan konsumsi masih bisa dikatakan mahal. Akan tetapi bagi kami, tim Rupo-Sepua dari ITS Surabaya mencoba untuk tetap tidak memperdulikan masalah materi untuk memberikan tambahan pendidikan kepada mereka. Pendidikan lingkungan hidup sama sekali belum mereka kenal, sehingga kami sebagai mahasiswa ingin berbagi ilmu dan memberikan pengalaman mereka yang tidak dapat menerima informasi dari media apapun. 
Gambar 1. Anak Papua dan Rupo-Sepua
 Anak Papua merupakan generasi muda yang seharusnya mengerti akan lingkungan sekitarnya. Menjaga alam, mempertahankan ekosistem dan memperbaiki kondisi yang rusak. Mereka anak Papua yang memiliki tradisi yang kuat untuk menjaga warisan nenek moyang perlu diberikan sedikit pengetahuan mengenai pendidikan lingkungan hidup.
Gambar 2. Perpustakaan Alam Rupo-Sepua

Anak Papua merupakan satu-satunya harapan kita bersama untuk menjaga kelestarian alam. Karena sudah banyak sekali isu-isu global mengenai kerusakan alam, penebangan liar, dan juga global warming di pulau-pulau lain. Kondisi ini jika dibiarkan secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan hutan dan pengurangan lahan hijau yang ada di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatra. Dimana pada lokasi-lokasi ini penebangan liar terus saja terjadi untuk konsumsi manusia. Sehingga besar harapan kita kepada mereka yang masih mempunyai hutan yang alami dan tetap lestari.
Gambar 3. Menceritakan buku bergambar, macam-macam tumbuhan dan peran fungsinya
Oleh karena itu, pendidikan lingkungan hidup kami berikan kepada mereka sebagai program jangka pendek dari program pengabdian masyarakat. Sedangkan program jangka panjang adalah pembuatan Rupo-Sepua (Rumah Pohon, Sekolah Papua) sebagai perpustakaan alam. Mereka yang awalanya belum mempunyai buku-buku bergambar dan perpustakaan, maka dengan hibah dari DIKTI tersebut kami buatkan mereka rumah pohon sebagai sarana pendidikan mereka. Buku-buku sebagai tambahan ilmu tersebut bukanlah buku pelajaran sekolah, akan tetapi merupakan buku komik bergambar yang menceritakan tentang kondisi alam ini yang semakin lama berubah menjadi semakin panas.